Senin, 06 Juli 2009

Wanita tua dan kue basah

Suatu malam, saya dan istri jalan-jalan keliling kota. Seperti biasa, kami mencari makan malam, karena hari itu istri kebetulan tidak masak. Istri lagi pengen donat dan brownies, makanan yang masih asing dalam pandangan saya. Kamipun mampir ke toko yang menjual berbagai makanan basah. Semuanya lezat-lezat, warna-warni dan menggoda selera. Ketika istri masih memilih dan memilah, mata saya tertuju kepada seorang nenek yang duduk di depan toko tersebut. Beliau tidak sedang berbelanja kue, tetapi beliau sedang menjajakan kue. Kemudian saya menghampirinya dan mengajaknya ngrobrol ringan. Kebetulan saya ada alasan, yaitu membeli korek. Saya memberi Rp. 1000 untuk sekotak korek api dari kayu, kemudian beliau memberi bonus sebungkus krupuk dan dua buah permen.

Yang membuat saya tersentuh adalah bahwa apa yang dijajakan beliau tidak sebanding dengan apa dijajakan toko kue basah di sampingnya, baik dari segi harga maupun rasa. Sungguh, saya tidak ingin membayangkan berapa penghasilan beliau dalam sehari. Orang-orang yang mampir ke toko, seringkali membeli kue basah dan donat, bukan jajanan ringan beliau. Setiap waktu, beliau hanya termangu memlihat orang lalu-lalang keluar-masuk toko memborong makanan mahal tersebut. Seketika, saya pun teringat nenek saya yang berusia 80 tahun. Senyumnya, keramahannya dan tentu saja kerja kerasnya membuat saya selalu teringat beliau. Ketika saya tanya kenapa di usia lanjut masih berjualan, jawabannya sungguh sederhana dan bersahaja : " saya tidak ingin merepotkan keluarga dan orang lain dengan mengemis"...

Ketika meninggalkan toko tersebut saya mencoba menyelipkan uang Rp. 5000 di balik bakulnya sebagai rasa empati kepada beliau, tetapi kemudian beliau mengetahui sempat menolak. Tetapi saya jelaskan bahwa, jika nenek menolak pemberian saya, itu berarti nenek mencoba menghalangi saya untuk mengingat nenek saya. Beliau tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Uang yang tidak seberapa itu tidak akan membuatnya kaya, tetapi sungguh, kerja keras seseorang patut diharagi, sekecil apapun itu.

Dalam perjalanan pulang, saya menyampaikan cerita itu dan istri pun bisa mengerti. Saya pun kemudian mengadakan perjanjian dengan istri dimana setiap belanja di toko tersebut Rp. 20 ribu atau kelipatannya, maka wajib memberi sedekah Rp. 5 ribu atau kelipatannya. Ini pelajaran kecil, tetapi bermakna dalam karena ini adalah wujud rasa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita peroleh selama ini, meskipun bersyukur tidak selalu harus bersedekah... 

   

Tidak ada komentar: