Rabu, 27 Mei 2009

Kisah semalam

Kata-kata yang berserakan, dari mulut yang mengeluarkan api, bukan cinta tetapi duka yang ada sepanjang usia, hingga kita terlena dan selalu bertanya dalam hari : "benarkah ini dirimu?". Kau terlelap dalam tidur yang dalam, lalu kau keluarkan semua yang ada di otakmu, tetapi yang ada hanya rindu yang tidak berwarna. Mimpimu terbang ke angkasa, meledakkan dirinya hingga aku terbangun di musim semi, tempat kita menyemaikan titik-tirik rindu menjadi romantisme yang dalam... 

Tuhan mencintai sepakbola indah...


Ya, akhirnya 'keadilan' turun di Stadion Olimpico, Roma, tempat pertandingan antara wakil Spanyol, FC Barcelona dan juara bertahan asal Inggris, Manchester United. Barcelona mengalahkan MU dengan skor 2-0 (1-0) lewat gol Samuel Eto'o (10') dan Leo Messi (73'). Diawal-awal pertandingan, MU langsung menggebrak lewat tendangan bebas C. Ronaldo, tapi masih mampu ditepis kiper Victor Valdes. Menurut saya, ada 3 hal faktor krusial yang bisa dijadikan alasan kenapa Man. United tidak berdaya dihadapan Barcelona.

Pertama, MU tampil dengan formasi 'aneh', yakni 4-3-3 atau bisa bertransformasi menjadi 4-5-1 ketika bertahan. Formasi ini tidak lazim karena biasanya MU mampu menguasai pertandingan dengan formasi 4-4-2 yang seimbang dalam menyerang dan bertahan. Sebenarnya formasi 4-3-3 memberikan hasil baik ketika di semifinal melawan Arsenal. Tetapi, lawan kali ini adalah Barceloa, yang meskipun turun dengan formasi ofensif, 4-3-3, tetapi memiliki penguasaan bola yang prima. Formasi ini menjadikan permainan MU gampang ditebak, sebab Rooney jadi sayap, Ronaldo menjadi striker tunggal dan tidakm memiliki penyeimbang di lini tengah

Kedua, posisi Cristiano Ronaldo yang sejatinya di sayap, ditempatkan sebagai striker tunggal. Alhasil, serangan hanya bertumpu pada Ronaldo seorang. padahal jika formasi 4-4-2 dimainkan, dengan Park Ji-sung atau Ryan Giggs dan Ronaldo di sayap, Paul Scholes sebagai penyeimbang dan duet Rooney dan Berbatov/Tevez, permainan MU tidak akan senaif ini. 

Ketiga, tidak ada penyeimbang di lini tengah. Paul Scholes yang memiliki kemampuan setara Xavi Hernandez, seharusnya dimainkan sejak awal untuk menjadi playmaker di lapangan tengah. Sebab, tanpa Scholes, lapangan tengah MU kalah dalam penguasaan bola.

Afterall, keduanya memang layak berada di final, hanya saja Barcelona mengalami klimaks permainannya sepanjang Liga Champions musim ini, tetapi sebaliknya dengan MU. Akhirnya, yang menguasai permainan, menciptakan banyak peluang dan memainkan sepakbola indah lah yang memenangkan pertandingan dan Barcelona layak untuk juara.

Maka, Tuhan pun mencintai sepakbola indah..

 

Selasa, 26 Mei 2009

Fenomena (industri) musik Indonesia, sebuah lelucon?

(dari blog-nya Netral)

Ha,ha,ha inilah yang terjadi di industri musik Indonesia saat ini, sebuah lelucon besar. Tapi yah apa mau dikata, toh masyarakat kita menyukainya dan rela mengeluarkan uang untuk membelinya. Inilah potret masyarakat Indonesia yang secara tidak sadar menikmati kebodohan & kemiskinan mereka. Dikatakan begitu karena hampir semua produk musik yang notabene miskin edukasi moral, laku bak kacang goreng. Tidak usah kita bilang apa jenis musiknya dan siapa bandnya, toh kita juga sudah tahu semua, mulai era "the king" hingga "i miss you" band, semuanya laku keras dibeli oleh masyarakat kita. Ini artinya bahwa kita memang terbiasa untuk menyukai hal-hal yang mudah dan gampang. Secara budaya dan kultur kita terbiasa untuk tidak menantang hal-hal yang baru, pamali katanya.


Jadinya yah akhirnya seperti ini, kita tetap bodoh dan dikelilingi oleh arogansi massal yang mengatas namakan budaya. Bagaimana mungkin dangdut bisa dibilang budaya musik Indonesia, padahal semua unsur musiknya diadaptasi dari India ? atau bagaimana mungkin musik pop melayu andalan malaysia adalah merupakan kesukaan bangsa kita ? Tidak, Bukan itu budaya kita, sekali lagi bukan ! 

Mari jangan jadi bangsa yang bodoh, jangan menyukai sesuatu yang gampang !

netralizer, ayo bangun, jangan jadi generasi yang bodoh dan terlena dengan "kejujuran The king". Mulailah mencintai sesuatu yang sulit, maju dan taklukan. Lebih baik gagal berkali-kali daripada tidak pernah mencoba. Jadilah generasi yang menyukai tantangan, bangunlah negeri ini. Jangan salahkan siapapun atas apa yang terjadi sekarang, tapi bertindaklah segera, tantanglah dirimu untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. 

Musik yang gampang akan membuat seseorang tidak produktif, mematikan kreativitasnya dan membungkan inovasinya. Musik yang gampang akan mendorong orang untuk menyalahkan keadaan atas kegagalannya sendiri. Musik yang gampang akan membuat orang pasrah akan nasibnnya dan setia menikmati kebodohannya.

Begitulah yang terjadi pada bangsa ini, selalu menyukai hal yang gampang dan tidak memerlukan energi untuk berpikir apalagi bertindak. Dan ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari kebodohan kita dengan menjadikan kita tetap bodoh dan makin bodoh.

Korupsi memang jahat, tapi membuat masyarakat menjadi bodoh adalah sangat sangat jahat.Mandeknya prestasi kita di dunia international adalah akibat ulah para penjahat moral ini yang menjadikan kita tetap bodoh.

tapi anehnya malah kita justru mendewakan mereka dengan memanggil salah seorang dari antaranya "bang haji" ha,ha,ha... lucu ya. Padahal apa yang dia lakukan selama ini secara tidak sadar telah membodohi kita semua, dan terlebih kelakuannya telah menghina intelenjensi kita sebagai manusia dengan berlindung atas justifikasi agama. Berlaku bak raja beliau menghakimi orang lain lagi, "Playing God" gitu ceritanya. Gilaaaaaaaaaaaaaaaa ! dan banyak orang bisa percaya sama dia. Jadi apa dunia nih ?

Aduh, sedih banget ya kita, melihat apa yang terjadi di bangsa ini. oleh sebab itu, ayo netralizer kita adalah generasi baru penerus bangsa, jadilah pintar, dan lawanlah kebodohan ini, bukan orangnya yang kita lawan, tapi karya dan budaya yang mereka bawa harus kita lawan.

Untuk para pembodoh bangsa ! sadarlah ! jangan karena keuntungan semata, maka anda berani mengorbankan kreativitas jutaan anak bangsa, tolong jangan jejali kami dengan kebejatan kalian.

----

komentar saya...

industri musik indonesia memang sedang berada di dalam pusaran air yang bernama stagnasi. Dimana stasiun2 TV, selalu diputar acara2 band-band yang menurut saya itu2 saja. ya musiknya, ya tampilannya, ya liriknya, ya keseluruhan musiknya.  Industri berada pada 2 sisi mata uang. Di satu sisi, stasiun teve memberlakukan sistem yang membuat masyarakat indonesia bergembira dengan melihat artis2 karbitan, setiap hari, tanpa melihat dan menyadari mengapa fenomena ini begitu menggila dan membuat saya ingin membanting teve. Inilah yang saya maksudkan sebagai sebuah stagnasi (tidak maju-maju). Tidak ada variasi musik, attitude yang membuat musik indonesia menjadi lebih beragam, kaya akan inovasi dan kreasi. Yang ada hanyalah individu2 atau kelompok yang berusaha menjadi artis atau musisi dadakan. Benar-benar menyedihkan...


Senin, 25 Mei 2009

Simpati untuk Newcstle United dan Middlesbrough

BIRMINGHAM, KOMPAS.com — Newcastle United dan Middlesbrough terdegradasi setelah menyerah dari lawan-lawannya. Hasil ini menolong Sunderland dan Hull City, yang aman di Premier League, meskipun keduanya juga kalah.

Pada partai penentuan di duel terakhir Liga Inggris, Minggu (25/5), "The Magpies" kalah 0-1 dari Aston Villa, sedangkan "The Boro" keok di tangan tuan rumah West Ham United. Hull sebagai tuan rumah harus mengakui keunggulan sang juara Manchester United dengan kekalahan 0-1. Adapun "The Black Cats" sempat memberi perlawanan kepada Chelsea sebelum menyerah 2-3.

Newcastle dan Middlesbrough berada dalam kondisi tidak menguntungkan karena keduanya berada di posisi 18 dan 19. "The Toon" mengemas nilai 34, sedangkan "The Boro" punya 32. "The Tigers" di atas mereka dengan nilai 35, sementara Sunderland mengantongi nilai 36.

Kondisi itu membuat keempat tim mensyaratkan kemenangan di partai terakhir. Di Villa Park, Newcastle mencoba menundukkan "The Villans", yang sudah pasti lolos ke Liga Eropa UEFA musim depan. Setidaknya, selama 20 menit pertama, Newcastle menghujani gawang tuan rumah dengan tembakan-tembakan berbahaya. Sayang, eksekusi Obafemi Martins, Mark Viduka, dan Damief Duff tak berhasil membuahkan gol.

Menit berikutnya, giliran Villa datang menekan. Tim tamu masih bisa menahan dan kiper Steve Harper juga mampu bertugas dengan baik. Sayangnya, kesalahan yang dibuat oleh Duff di menit ke-38 membuyarkan impian mereka. Duff gagal mengantisipasi tembakan jarak jauh Gareth Barry sehingga bola malah masuk ke sudut kanan bawah gawang Harper. Semua upaya dilakukan oleh serdadu asuhan Alan Shearer tersebut, tetapi semua berakhir nihil.

Demikian pula yang dilakukan Hull di hadapan MU. Tuan rumah tak menduga ketika Darren Gibson melepas tendangan spekulasi ke tiang jauh pada menit ke-24. Bola meluncur deras dari jarak 23 meter dan menembus kiri atas gawang Boaz Myhill.

Di kandang West Ham, tuan rumah mendapat perlawanan alot dari "The Boro". "The Hammers" unggul di paruh pertama sejak Carlton Cole mencetak gol di menit ke-33 seusai mendapat crossing dari kiri. Tim tamu sempat menyamakan skor melalui Gary O'Neil pada menit ke-50, tetapi Junior Stanislas menyudahi perlawanan mereka lewat gol yang terjadi delapan menit kemudian.

Sementara itu, di Stadium of Light, tuan rumah Sunderland sempat menyulitkan "The Blues". Setelah main imbang tanpa gol di babak pertama, laga terakhir bagi pelatih Chelsea, Guus Hiddink, itu dibuka oleh oleh Ashley Cole pada menit ke-47.

Sunderland bereaksi cepat dan menyamakan skor lima menit kemudian melalui Kieran Richardson. Sayangnya, "The Blues" kemudian mencetak dua gol melalui Salomon Kalou pada menit ke-74 dan gol kedua Cole, empat menit sebelum bubar. Mati-matian Sunderland mengejar dan membuahkan gol kedua dari Kenwyne Jones di menit-menit akhir. Itulah gol terakhir dalam laga tersebut, tapi kekalahan tak membuat Sunderland terlempar dari Premier League. (SCN)

Kamis, 21 Mei 2009

SID tidak takut dianggap meniru NOFX

(copas dari detik.com)

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam Vans Warped Tour 2009 di AS, 26Juni-9Juli mendatang, band dari Bali Superman Is Dead (SID) cuma mendapat waktu 25 menit untuk setiap kali tampil. Demi menyajikan pertunjukan yang berkesab bagi para penonton dalam waktu yang pendek itu, mereka kini berlatih intensif di Tanah Air.


"Kami latihan intens supaya mendapatkan kembali power SID, kata Bobby, sang vokalis merangkap gitaris. "Dengan waktu yang singkat itu, kami harus bisa meninggalkan kesan," tambahnya.

Lirik lagu-lagu SID yang berbahasa Inggris juga akan menjadi daya jual SID di sana. "Kami akui, faktor bahasa Inggris bisa membawa kami keluar negeri. Tapi, tak hanya itu. Waktu tur di Australia, kami juga membawakan lagu-lagu yang berlirik bahasa Indonesia," tutur Jerinx, drummer SID.

Akan menyuguhkan musik mereka di AS, negara asal NoFX, salah satu band yang menginspirasi SID, Bobby, Eka (bas), dan Jerinx tak khawatir akan dicap sebagai peniru NoFX. "Kami memang terinspirasi, tapi bukan meniru," ujar Jerinx. "Justru sebaliknya, saya rasa mereka akan memberi penilaian positif, karena mereka pikir, negara ini (Indonesia) banyak masalah, tapi di sana ada band Asia yang terinspirasi band dari negara mereka (AS)," timpal Bobby. (C7-09/ATI)

-----

maju terus SID, indonesia loves you!!

Arema, si macan yang tak mampu mengaum lagi


Tahun ini, Arema Malang mengalami kemunduran prestasi. Sampai saat ini, Singo Edan hanya menempati peringkat 10 klasemen sementara. Target juara yang dicanangkan di awal musim pun berubah menjadi 'asal tidak degradasi', cukup menyedihhkan. 

Barcelona akan mengalahkan Man. United!

Final masih akan dilangsungkan tanggal 27 Mei 2009 di Stadion Olimpico, Roma. Tapi gemanya sudah terasa sejak kedua tim yang hadir di final, Barcelona dan Man. United, melangsungkan semifinal yang dramatis. Barcelona mengalahkan Chelsea, Man. United menundukkan kompatriotnya, Arsenal dengan cukup 'mudah'. 

Banyak orang berpendapat bahwa ini adalah pertarungan antara Leo Messi (Barcelona) dan Cristiano Ronaldo (Man. United). Tapi, saya melihat tahun ini adalah kebangkitan sepakbola ofensif. Barca adalah cermin sepakbola modern yang mengedepankan individu-individu dahsyat lewat permainan yang indah, Di sisi lain, Man. United adalah solid secara tim dan seimbang dalam menyerang maupun bertahan.

Saya memperkirakan, pertarungan akan ditentukan oleh penguasaan bola, dimana Barca akan mengalahkan United, yang bermain hati-hati, seperti ciri khas tim-tim asal Inggris Raya yang suka dengan direct football. Tapi, kemampuan individu pemain Barca akan merobohkan kesombongan United. Percayalah, ofensifitas akan mengalahkan permain sepakbola inggris yang cenderung membosankan. Skor mungkin akan ditentukan lewat perpanjangan waktu atau adu penalti... 

Futsal dalam foto

ini foto ketika tim futsal Pajak (yang merupakan gabungan antara KPP, Kanwil dan PBB) menang melawan Tim futsal Dispenda. Kemenangan ini untuk yang kedua kali atas tim yang sama. Pertandingan ini dilangsungkan di GOR Pangsuma Pontianak. Sayang sekali, di pertandingan selanjutnya, tim Pajak kalah oleh tim yang kemudian menjadi juara, Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang notabene diperkuat oleh mantan pemain Persipon.

Rabu, 20 Mei 2009

Sepuluh film yang menginspirasi

1. Life is Beautiful
2. Kongdom of Heaven
3. Maskot
4. Goal : Living the Dream
5. Ada Apa Dengan Cinta?
6. Munich 1976
7. The Conductors
8. Pursuit of Happiness

Sepuluh album yang menginspirasi

1. SlipKnot (self titled, 1999). Sebelum mengenal slipknot, saya lebih dulu kenal Limp Bizkit, Metallica, Sepultura dan Slayer. Tapi, album ini benar-benar mengubah peta pemikiran saya tentang musik metal yang pada kurun waktu 1980 sampai 1990 an masih didominasi oleh heavy metal, atau hair metal. Ketika itu saya berumur 19 tahun, dan sedang mencoba untuk mencari jati diri lewat musik. Damn! slipknot membuka telinga saya lebar-lebar, bahwa jadi rocker itu nggak melulu harus ganteng, putih atau punya gaya. Yeah, it;s all about music. Slipknot membuktikan itu.

Lewat album ini, the nine masks kemudian dikenal dunia lewat Spit It Out, Purity atau hits yang selalu dibawakan setiap kali konser, Surfacing. Lewat album ini juga, slipknot telah menjadi hero saya, dulu ataupun sekarang

2. Soulfly (Dark Ages). Saya suka gaya bernyanyinya Max Cavalera. Bertenaga, cepat dan gahar. Meski beliau ‘nyambi’ nge-rhytm, nuansa vokalnya tidak putus. Selain itu, gaya bertutur Max dalam setiap liriknya membuat saya merasa terwakili. Ada marah, benci dan ketakutan…it;s so emotional

3. Superglad (Ketika Hati Bicara, 2006). Saya menyukai gaya riff-riff gitar dalam lagu ini yang gahar namun tetap sopan dan gagah. Vokal Buluk gagah, apalagi ketika menyimak video klip Peri Kecil, rocker banget. Tidak banyak melodi juga membuat betah mendengar lagu-lagu semacam Ketika Setan Berteman, Nona Malam dan Satu. Lagu terakhir menjadi ikon Superglad (atau juga duta) anti-AIDS. Ketika saya mendengarkan lagu-lagu dialbum ini, saya mulai bisa menyimpulkan jenis musik apa yang saya sukai, mewakili pribadi, sekaligus bisa saya mainkan.

4. Dewa (Bintang Lima, 2000). Menurut saya, semua lagu dialbum ini adalah matserpiece. Entah si Dhani sebagai konseptor tengah ‘hebat-hebatnya’, atau Dewa memang lagi serius mengeluarkan isi hati, kesemua lagu tampil prima. Ketika saya masih teringat-ingat vokal Ari Lasso yang tinggi melengking, ternyata vokal Once tidak mengecewakan. Bisa jadi, album ini akan melupakan kenangan penggemar akan vokal Ari Lasso. Diluar semua itu, lagu-lagu dialbum ini berbeda karakter, tapi tetap satu kesatuan. Satu hal yang saya sedikit ‘kurang’ adalah Dhani terlalu ‘terinpirasi’ oleh karya-karya Khalil Gibran, hingga banyak judul lagu dan lirik yang sama atau mirip dengan karya pujangga asal Lebanon tersebut, misalnya Sayap-Sayap Patah atau Risalah Cinta serta Air Mata dan Senyuman.

Adriano Leite, wonderkid yang manja

Adriano Leite Ribeiro.Inilah nama penyerang eks Flamengo (Brasil) yang dulu sangat disegani karena memiliki potensi untuk menjadi pemain besar seperti seniornya di Timnas, Ronaldo. Faktanya, di inter ia langsung menjadi promising striker selain Mario Balotelli. Kekuatan utamanya tentu saja terletak pada tendangan kaki kirinya dan memmiliki body strenght yang tinggi.

Sayang sekali, bintangnya lambat laun meredup. Saya tidak melihat ini kesalahan pemilihan pemain oleh -siapa saja-pelatihnya. Tapi -pada kasus Adriano- adalah murni lemahnya kemampuan si pemain dalam beradaptasi dalam lingkungan tim penuh bintang dan tekanan tinggi dalam kompetisi Serie A. Menurut saya, Adriano adalah sosok pria yang manja dan pemalas. Jika ia tak mendapatkan yang ia dapatkan, ia tak cukup dewasa untuk menerimanya dengan lapang dada. Faktanya, ketika ia beberapa kali tak dimainkan, ia kemudian memilih tidak ikut latihan, atau sengaja datang terlambat ke Appiano Gentile. Jika ia tidak bahagia di Inter, mengapa ia tidak mengajukan diri untuk di transfer? atau mengapa ia tidak berjuang -dengan segala kemampuannya- memperbutkan tempat utama layaknya seorang pria?

Selasa, 19 Mei 2009

Aremania, mencoba (tetap) besar ditengah cobaan...

Sore itu, pertengahan tahun 1998, seorang teman menghubungi. Ia mengatakan apakah saya ada waktu, karena ia ingin mengajak saya menonton pertandingan sepakbola di Gajayana, Malang.  Waktu itu kami sedang liburan sekolah. Beberapa kali saya menonton sepakbola di stadion, tetapi kali ini saya menonton tim Liga Indonesia. Bukan main-main, yang ditonton adalah Arema Malang.

Sementara sebelumnya, saya hanya menonton PSID (Persatuan Sepakbola Indonesia Djombang) yang berlaga di Divisi II. Arema tentu berada di kelas dan level yang berbeda. Sejak lama saya mengagumi Arema, tetapi hanya lewat berita-berita di Jawa Pos dan Malang Pos. Kadang-kadang saudara-saudara saya yang asli Bululawang, Malang, sering bercerita tentang klub kebanggaan mereka.

Bagaimana mereka mengharubirukan jalan-jalan ketika Arema bertanding di Gajayana. Bagaimana sepinya jalan-jalan ketika hari pertandingan. Saya telah lama mendengar tentang Aremania, suporter yang hebat, atraktif, loyal dan fanatik. Saya juga telah mendengar tentang perseteruan abadi antara Arema dan Persebaya, yang mewakili hegemoni dua kota besar di Jawa Timur. Semua cerita itu akhirnya membawa saya ke dalam stadion Gajayana, tempat dilangsungkannya pertandingan antara Arema Malang vs Persebaya Surabaya. Orang-orang menyebutnya Derby Jatim, pertandingan yang secara tontonan, gengsi dan emosional lebih besar daripada pertandingan manapun di Jawa Timur.

Saya mendapati bahwa semua cerita itu ternyata benar. Sekitar 20 ribuan penonton memadati Gajayana, termasuk di sentelban. Jalanan kota Malang sepi. Arak-arakan motor, angkutan umum yang mengangkut supporter dan mobil pribadi semua mengarah ke Gajayana. Hari itu hujan rintik-rintik, tetapi saya telah mendengar bahwa Arema akan bermain lebih bagus jika lapangan becek. Entah itu sindiran atau ungkapan kekaguman. Kemudian seorang Aremania (yang kelak saya ketahui bernama Yuli ‘Sumpil’ Sugianto) naik ke ‘mimbar’ memimpin ribuan Aremania untuk bernyanyi dan bergembira. Tujuan semua itu hanya satu, mendukung Arema mengalahkan musuh nomor satu di Liga, Persebaya Surabaya.

Kami bergoyang kekanan-kekiri, maju mundur dan berloncatan. Semua itu membuat kami merasa gembira dan bersemangat. Aroma minuman keras dihembuskan angin sore itu. Saya sempat ‘merekam’ sebuah insiden dimana seseorang, yang dituduh bonek (suporter garis keras Persebaya) menyusup ke bangku penonton. Ketika beberapa aremania menghajarnya (ketika itu Surabaya dan Malang masih perang dingin dimana ada kesepakatan masing-masing klub tidak mengerahkan suporternya ketika tandang), koor ‘ndeso…ndeso…!! Ndeso…ndeso..!! langsung bergema. Itu membuat saya kagum.

Karakter suporter yang hebat akan terlihat ketika sedang menghadapi masalah. Meski benci setengah mati terhadap Persebaya, tetapi lambat laun Aremania mulai dewasa dalam bersikap, sebab mereka sadar nama besar Aremania dipertaruhkan. Tidak ada lagi bakar-bakaran, tidak ada lagi spanduk provokatif, juga tidak ada lemparan-lemparan kearah lapangan.

Fanatisme Kedaerahan

Arema Malang adalah wakil dari ketidakmapanan sosial di Malang, meski kota itu bisa disebut sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur. Arema juga menjadi simbol perlawanan terhadap hegemoni politik dan sosial yang semakin meminggirkan kaum tidak mampu. Di Malang, ada klub plat merah, alias milik Pemda, yaitu Persema Malang.

Tetapi, bisa saya katakan, jumlah Aremania lebih besar dan lebih fanatik daripada pendukung Laskar Ken Arok. Arema didanai oleh Aremania lewat tiket masuk, bukan APBD sebagaimana Persema. Arema juga mandiri dengan sponsor lokalnya. Dengan begitu, Aremania merasa memiliki Singo Edan, baik atau buruknya. Itu sebabnya, Arema sangat anti-Persema, yang di cap sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan yang lalim.

Pemandangan yang kontras akan terlihat ketika Arema dan Persema memainkan partai kandangnya. Ketika Arema didukung oleh lautan biru dengan kisaran tidak kurang dari 15ribu-an Aremania, disisi lain Persema hanya didukung oleh ratusan ‘simpatisan’. Diyakini, para simpatisan tersebut hanyalah ingin menonton sepakbola, bukan ingin menikmati dengan cara yang berbeda sebagaimana Aremania.

Pada sisi lainnya, masih di wilayah Jawa Timur, Arema juga bersaing keras dengan tim besar lainnya di wilayah ini, Persebaya Surabaya. Konon, perseteruan ini terjadi sejak era Galatama, hingga pada format kompetisi Wilayah Barat dan Timur, PSSI memutuskan memisahkan keduanya untuk memperkecil gesekan antar suporter. Ada ‘mitos’ tak tertulis bahwa Arema boleh kalah dengan tim mana saja, bahkan dikandang sekalipun, asalkan bukan dari Persebaya. Dibagian manapun di planet ini, namanya kekalahan dalam partai derby, selalu menyisakan kesedihan yang mendalam. Bahkan tak jarang kekecewaan ini dilampiaskan dengan cara yang anarkis.

Keramahtamahan Wong Malang

Teman saya itu, Husni, adalah teman sebangku saya di SMU 1 Jombang. Ya, saya lahir di Jombang, dengan ayah asli Bululawang, Jawa Timur dan ibu Nganjuk. Bisa dikatakan, saya adalah setengah Arema. Mungkin itu yang membuat saya merasa dekat dengan apapun yang berbau kota Malang. Ketika liburan sekolah tiba, saya lebih suka ke Malang, daripada ke Surabaya, misalnya. Saya kagum dengan keramahtamahan (hospitality) wong ngalam.

Bisa jadi sifat dan karakter itu memang karakter dasar orang Jawa, yang memiliki toleransi tinggi, menjunjung adat-istiadat dan budaya orang lain, serta membumi dimanapun berada. Pada artikel Kompas, pertengahan Juli 2008, menyebutkan bahwa Jawa Timur terbagi menjadi tiga tlatah, yaitu Tlatah Mataraman (Pacitan, Madiun, Ngawi, Magetan,Trenggalek, Ngajuk dan sekitarnya), Tlatah Arek (Gresik, Jombang, Surabaya, Sidoarjo, Batu dan Malang) dan Tlatah Pandalungan (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Madura, Bondowoso dan Jember).

Tlalah Arek mencirikan kultur yang egaliter, toleransi, terbuka dan apa adanya. Itu bisa dilihat dari pemabangunan kota dan budaya Malang yang mencerminkan perpaduan berbagai macam budaya dan karakter manusia. Wong Malang juga memiliki karakter Yok Opo Enake, alias selalu berupaya menyelesaikan setiap persoalan secara suka sama suka, win-win solution.

Perpaduan budaya itu membentuk berbagai komunitas, salah satunya adalah Aremania, komunitas terbesar di Malang. Matasan, yang pernah menjadi Koordinator Aremania, berujar : “Rasa solidaritas yang tinggi inilah yang membedakan Arek Malang dengan Arek Suroboyo atau Arek Jombang, misalnya”.

Saya merasakan ungkapan Matasan benar, ketika mencoba mengingat waktu pertama kali saya menginjakkan kaki di Gajayana, para Aremania seperti saudara bagi saya. Saya tak canggung meski berada diantara ribuan orang dengan berbagai karakter. Kami antri dengan tertib memasuki stadion, saling bertukar rokok, minuman dan tentu saja berangkulan, bernyanyi bersama sepanjang laga sore itu, meski kami tidak mengenal satu sama lain.

Satu hal yang saya kagumi, mereka tidak memandang orang lain yang tidak dikenalnya dengan tatapan aneh atau mencurigai. Sebab, Aremania meyakini, siapapun yang datang ke Gajayana adalah saudara sebab mereka sama-sama mendukung the sacred blue jersey, Arema.

Rasa cinta tanah air dan persaudaraan yang tinggi itulah yang membuat Arek Malang dimanapun berada, selalu membentuk komunitas yang erat. Ketika mereka bertemu diperantauan, maka mereka seperti bertemu dengan kawan lama. Atas dasar itulah, kelak muncul adagium Aremania tidak kemana-mana, (tetapi) Aremania ada dimana-mana. Ungkapan yang sederahana, tetapi dalam maknanya. Orang Malang boleh merantau kemanapun dipenjuru bumi ini, tetapi hati mereka tetap terpaut oleh Arema dan Aremania.

Aremania : Cobaan di Tengah Pencarian Jati Diri

Aremania bukanlah komunitas dengan atribut pengurus lengkap atau dengan dana berlimpah. Mereka membangun komunitas dari bawah, mengumpulkan dana dari tiket masuk stadion, berjualan merchandise, kemudian secara perlahan-lahan tumbuh menjadi komunitas yang kelak segala kreativitasnya menjadi inspirasi bagi supporter klub Indonesia lainnya.

Ketika Aremania mulai menemukan jatidirinya sebagai komunitas terbesar dan disorot oleh banyak kalangan, cobaan pun mendera. Mulai dari pertikaian antar suporter, tergusurnya kandang dari Gajayana ke Kanjuruhan dipinggiran kota hingga hukuman Aremania dilarang menonton pertandingan Aremania selama 2 tahun.

Menurut saya, hukuman ini seperti mematahkan sayap seekor burung. Tentu saja burung tersebut tak dapat terbang dan tak bisa berbuat apa-apa. Begitu juga dengan Aremania. Bagi sebagian besar Aremania, menonton Arema di stadion ibarat ibadah ‘wajib’ kedua setelah shalat Jumat. Sepakbola adalah urat nadi yang menggerakkan rasa cinta antar sesama warga. Sepakbola juga yang meyatukan mereka. Arema adalah satu-satunya cinta yang mereka miliki.

Pada ulang tahunnya yang ke 21 (11 Agustus 2008) kali ini, Aremania seperti remaja yang sedang mencari jati diri. Adakalanya pencarian jatidiri itu berakhir dengan kegagalan, sebab salah memilih arah dan tujuan. Kita semua tahu, pendewasaan butuh proses dan kesabaran.

Semakin tinggi pohon, semakin tinggi pula terpaan anginnya. Ungkapan ini pas untuk Aremania. Ketika kreativitas dan persaudaraannya dikagumi dimana-mana, maka tuntutan untuk menjaga citra dan kebanggaan adalah mutlak diperlukan. Aremania tidak bisa lagi seenaknya berlaku anarkis. Tetapi itu menjadikan Aremania lebih dewasa dalam bersikap dan bertingkah laku.

Salah satu wujud kedewasaan itu adalah sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak mudah terpancing provokasi murahan pihak lain. Patut diingat bahwa orang yang hebat adalah orang yang mampu menahan amarahnya ketika ia layak untuk marah. Jika lolos dari ujian ini, maka Aremania patut mendapat predikat lebih dari sekadar The Best Supporter.

Sore itu, pertengahan Juli 1998, kami seluruh Aremania yang membirukan Gajayana, bernyanyi dan bergembira, sebab Arema mengalahkan Persebaya 1-0 lewat gol di injury time. Seluruh stadion bergemuruh seperti hampir rubuh. Kami saling berpelukan, saling mengucapkan selamat, sehingga lupa bahwa kami tidak saling mengenal. Bahkan kami lupa sedang berada dimana. Mungkin saja kami berada di bulan. Kami pun pulang dengan hati riang, meski hujan gerimis mengiringi langkah gontai kami…

Selamat Ulang Tahun Arema yang ke 21, semoga prestasi semakin hebat luar dalam, juga buat Aremania semakin dewasa dan kreatif.

Salam Satu Jiwa dari bumi Borneo, Pontianak
Pontianak, 11 Agustus 2008

Vidic untuk Ibra?

Gosip kepindahan Nemanja Vidic ke Internazionale sedikit mengagetkan saya. Betapa tidak, bek tengah Manchester United asal Serba tersebut begitu tanggauh mengawal lini belakang Man Yoo dan menjadi partner tak tergantikan  bersama Rio Ferdinand. Ia adalah tipe bek yang saya segani. Ia cepat, tangguh, bagus dlam man to man marking, dan memiliki kemampuan sundulan yang bagus. Dan lagi, ia masih muda (26 tahun). Tetpai ketika ingatan saya kembali ke pertandingan antara Man. United vs Liverpool dimana tuan rumah dipermalukan 1-4, saya merasa Vidic adalah pesakitan di partai itu. ia begitu mudah dikalahkan oleh Fernando Torres dan Steven Gerrard.

Tapi, mengingat lini belakang Inter yang (kemungkinan) ditinggal Marco Materazzi dan Nicolas Andres Burdisso, mendatangkan bek tengah yang tangguh seperti Vidic adalah pilihan tepat. Saya kira, opsi lain adalah mendatangkan Kolo Toure (Arsenal). Kebetulan pemain yang juga bek tengah timnas Pantai Gading tersebut sedang gamang dengan Arsenal yang tak kunjung juara, pluas perseteruannya dengan William Gallas.

Jika kemudian transfer Vidic dikaitkan dengan swap (pertukaran) dengan Zlatan Ibrahimovic, ini adalah kerugian dan kehilang besar bagi Inter. Memang tak seharusnya Inter menggantungkan diri kepada Ibra seorang, tapi pemain dengan skill lengkap seperti Ibra akan sulit datang lagi ke San Siro. Bagi saya, Ibra tak tergantikan...

 

Hari yang dingin

Hari ini, Rabu 20 Mei 2009, kota Ketapang sedang diguyur mendung, angin sedikit berhembus dan hawa pun menjadi agak dingin. Cuaca seperti ini jadi mengingatkan saya akan kota Batu, Malang yang berad di ketinggian 2000 dpl. Ditambah lagi, ruangan kantor yang duingin karena dihembusi angin pengkondisi udara dengan angka 18 derajat celcius...hari seperti ini enaknya mancing di sungai Pawan II, mancing ikan betok atau gabus, ah sudah lama itu tidak pernah terjadi...