Selasa, 21 Juli 2009

Pemimpin yang memahami rakyatnya

Alkisah, Islam pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, pernah terjadi suatu peristiwa yang kemudian merubah pandangan beliau terhadap masyarakatnya. Di suatu malam, seperti biasa, beliau berjalan-jalan ke kota melihat rakyatnya di malam hari dengan kuda dan ajudannya, beliau melihat sebuah kemah di tengah tanah lapang dengan penerangan seadanya. Yang membuatnya kaget adalah tangisan dari anak-anak kecil. Rupanya kemah tersebut dihuni oleh 4 orang, ibu dan ketiga anaknya. Mereka lapar dan menunggu sang memasak makanan. Seketika Khalifah Umar mendekat dan melihat lebih dekat apa yang sedang terjadi. Alangkah terkejutnya ketika didapati bahwa sang ibu ternyata hanya memasak batu.  Ibu tersebut berpura-pura memasak cukup lama agar anak-anaknya tertidur, dengan rasa lapar yang dalam. Kemudian sang ibu bergumam sambil sesenggukan,  'seandainya Amirul Mukminin (Khalifah Umar, maksudnya) mengetahui keadaan kita malam ini, ia pasti tidak akan bermewah-mewah di dalam istananya'. Khalifah Umar menagis mendengarnya, dan kemudian pergi meninggalkan kemah tersebut perlahan-lahan.

Esoknya, beliau menyuruh pegawai istana untuk mengantarkan sekarung gandum, sekantung kurma dan secerek susu. Beliau berpesan agar itu dilakukannya dengan diam-diam. Maksudnya agar pemberian itu tidak membuatnya riya, juga agar tidak membuat rakyat lainnya iri.

-----------------

Seorang pemimpin tidak seharusnya selalu mengumbar perbuatan baiknya kepada rakyatnya, apapun alasannya, karena memang itulah tugas pemimpin, menyejahterakan, memberi perlindungan dan rasa keadilan bagi rakyatnya. Tetapi tidak harus diceritakan dan di ekspos ke media dengan harapan kebaikannya selalu menjadi omongan orang. Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebut bahwa menyebut kebaikan itu diperbolehkan dengan tujuan untuk membuat orang lain terpacu dan mengikuti langkahnya berbuat kebaikan, karena saling mengingatkan dalam kebaikan itu adalah tugas sesama muslim.

Nah, di negara kita ini justru pemimpin sering mengklaim kebaikannya dan menafikan peran/jasa orang lain. Elite politik sekarang dihinggapi sindrom one man show.  Penurunan harga BBM diklaim, keamanan di Poso, Ambon dan Aceh di klaim, pemberantasan korupsi di klaim, berkunjung ke pasar wajib diliput, dan lain sebagainya. Saya kemudian ingat dengan sabda baginda Rasulullah, 'bersedekahlah secara diam-diam hingga tangan kirimu tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kananmu..' . Maka, sudah jelas bahwa dibutuhkan pemimpin yang down to earth, membumi, tidak  haus akan publikasi dan tidak gila hormat. Sebab Tuhan Mahatahu atas apa yang diperbuat umatNya...  

Tidak ada komentar: