Rabu, 20 Mei 2009

Sepuluh album yang menginspirasi

1. SlipKnot (self titled, 1999). Sebelum mengenal slipknot, saya lebih dulu kenal Limp Bizkit, Metallica, Sepultura dan Slayer. Tapi, album ini benar-benar mengubah peta pemikiran saya tentang musik metal yang pada kurun waktu 1980 sampai 1990 an masih didominasi oleh heavy metal, atau hair metal. Ketika itu saya berumur 19 tahun, dan sedang mencoba untuk mencari jati diri lewat musik. Damn! slipknot membuka telinga saya lebar-lebar, bahwa jadi rocker itu nggak melulu harus ganteng, putih atau punya gaya. Yeah, it;s all about music. Slipknot membuktikan itu.

Lewat album ini, the nine masks kemudian dikenal dunia lewat Spit It Out, Purity atau hits yang selalu dibawakan setiap kali konser, Surfacing. Lewat album ini juga, slipknot telah menjadi hero saya, dulu ataupun sekarang

2. Soulfly (Dark Ages). Saya suka gaya bernyanyinya Max Cavalera. Bertenaga, cepat dan gahar. Meski beliau ‘nyambi’ nge-rhytm, nuansa vokalnya tidak putus. Selain itu, gaya bertutur Max dalam setiap liriknya membuat saya merasa terwakili. Ada marah, benci dan ketakutan…it;s so emotional

3. Superglad (Ketika Hati Bicara, 2006). Saya menyukai gaya riff-riff gitar dalam lagu ini yang gahar namun tetap sopan dan gagah. Vokal Buluk gagah, apalagi ketika menyimak video klip Peri Kecil, rocker banget. Tidak banyak melodi juga membuat betah mendengar lagu-lagu semacam Ketika Setan Berteman, Nona Malam dan Satu. Lagu terakhir menjadi ikon Superglad (atau juga duta) anti-AIDS. Ketika saya mendengarkan lagu-lagu dialbum ini, saya mulai bisa menyimpulkan jenis musik apa yang saya sukai, mewakili pribadi, sekaligus bisa saya mainkan.

4. Dewa (Bintang Lima, 2000). Menurut saya, semua lagu dialbum ini adalah matserpiece. Entah si Dhani sebagai konseptor tengah ‘hebat-hebatnya’, atau Dewa memang lagi serius mengeluarkan isi hati, kesemua lagu tampil prima. Ketika saya masih teringat-ingat vokal Ari Lasso yang tinggi melengking, ternyata vokal Once tidak mengecewakan. Bisa jadi, album ini akan melupakan kenangan penggemar akan vokal Ari Lasso. Diluar semua itu, lagu-lagu dialbum ini berbeda karakter, tapi tetap satu kesatuan. Satu hal yang saya sedikit ‘kurang’ adalah Dhani terlalu ‘terinpirasi’ oleh karya-karya Khalil Gibran, hingga banyak judul lagu dan lirik yang sama atau mirip dengan karya pujangga asal Lebanon tersebut, misalnya Sayap-Sayap Patah atau Risalah Cinta serta Air Mata dan Senyuman.

Tidak ada komentar: